Pengertian Antena dan Tower
- Antena
Antena adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah sinyal listrik
menjadi gelombang elektromagnetik kemudian memancarkannya ke ruang bebas
atau sebaliknya yaitu menangkap gelombang elektromagnetik dari ruang
bebas dan mengubahnya menjadi sinyal listrik.
Antena merupakan salah satu komponen atau elemen terpenting dalam suatu
rangkaian dan perangkat Elektronika yang berkaitan dengan Frekuensi
Radio ataupun gelombang Elektromagnetik. Perangkat Elektronika tersebut
diantaranya adalah Perangkat Komunikasi yang sifatnya tanpa kabel atau
wireless seperti Radio, Televisi, Radar, Ponsel, Wi-Fi, GPS dan juga
Bluetooth. Antena diperlukan baik bagi perangkat yang menerima sinyal
maupun perangkat yang memancarkan sinyal. Dalam bahasa
Inggris, Antena disebut juga dengan Aerial.
Inggris, Antena disebut juga dengan Aerial.
- Tower
Tower
Jaringan Telekomunikasi adalah menara yang terbuat dari rangkaian besi
atau pipa baik segi empat atau segitiga, atau hanya berupa pipa panjang
(tongkat) yang bertujuan untuk menempatkan antenna dan radio pemancar
maupun sebagai penerima gelombang telekomunikasi dan informasi. Intinya
Tower BTS berfungsi untuk menjembatani perangkat komunikasi pengguna
dengan jaringan yang menuju jaringan lain.
Berdasarkan Lokasinya, tower jaringan telekomunikasi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Rooftop : Tower yang berdiri di atas sebuah gedung.
2. Greenfield : Tower yang berdiri langsung di atas tanah.
Berdasarkan bentuknya, tower jaringan telekomunikasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Tower 4 Kaki ( Rectangular Tower )
Tower ini berbentuk segi empat dengan empat kaki. Tower dengan 4 kaki sangat jarang sekali dijumpai roboh. Tower jenis ini memiliki kekuatan tiang pancang serta sudah dipertimbangkan konstruksinya. Tower ini mampu menampung banyak antenna dan radio. Harga tipe ini sangat mahal, yakni sekitar 650 juta sampai 1 milyar rupiah, namun kuat dan mampu menampung banyak antenna dan radio. Tipe tower ini banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan bisnis telekomunikasi dan informatika yang bonafid (Telkom, Indosat, XL, dll). Contoh : Lattice Tower, Mini Tower.
2. Tower 3 Kaki ( Triangle Tower )
Tower berbentuk segi tiga dengan tiga kaki. Tower Segitiga disarankan untuk memakai besi dengan diameter 2 cm ke atas. Beberapa kejadian robohnya tower jenis ini karena memakai besi dengan diameter di bawah 2 cm. Ketinggian maksimal tower jenis ini yang direkomendasi adalah 60 meter. Ketinggian rata-rata adalah 40 meter. Towerjenis ini disusun atas beberapa stage (potongan). 1 stage ada yang 4 meter namun ada yang 5 meter. Makin pendek stage maka makin kokoh, namun biaya pembuatannya makin tinggi, karena setiap stage membutuhkan tali pancang/spanner. Jarak patok spanner dengan tower minimal 8 meter. Makin panjang makin baik, karena ikatannya makin kokoh, sehingga tali penguat tersebut tidak makin meruncing di tower bagian atas. Contoh : Lattice Tower, Mini Tower.
3. Pole
Tower berupa tiang pancang dengan satu kaki. Tower ini di bagi menjadi 2 macam, Pertama tower yang terbuat dari pipa atau plat baja tanpa spanner, diameter antara 40 cm s/d 50 cm, tinggi mencapai 42 meter, yang dikenal dengan nama monopole.
1. Rooftop : Tower yang berdiri di atas sebuah gedung.
2. Greenfield : Tower yang berdiri langsung di atas tanah.
Berdasarkan bentuknya, tower jaringan telekomunikasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Tower 4 Kaki ( Rectangular Tower )
Tower ini berbentuk segi empat dengan empat kaki. Tower dengan 4 kaki sangat jarang sekali dijumpai roboh. Tower jenis ini memiliki kekuatan tiang pancang serta sudah dipertimbangkan konstruksinya. Tower ini mampu menampung banyak antenna dan radio. Harga tipe ini sangat mahal, yakni sekitar 650 juta sampai 1 milyar rupiah, namun kuat dan mampu menampung banyak antenna dan radio. Tipe tower ini banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan bisnis telekomunikasi dan informatika yang bonafid (Telkom, Indosat, XL, dll). Contoh : Lattice Tower, Mini Tower.
2. Tower 3 Kaki ( Triangle Tower )
Tower berbentuk segi tiga dengan tiga kaki. Tower Segitiga disarankan untuk memakai besi dengan diameter 2 cm ke atas. Beberapa kejadian robohnya tower jenis ini karena memakai besi dengan diameter di bawah 2 cm. Ketinggian maksimal tower jenis ini yang direkomendasi adalah 60 meter. Ketinggian rata-rata adalah 40 meter. Towerjenis ini disusun atas beberapa stage (potongan). 1 stage ada yang 4 meter namun ada yang 5 meter. Makin pendek stage maka makin kokoh, namun biaya pembuatannya makin tinggi, karena setiap stage membutuhkan tali pancang/spanner. Jarak patok spanner dengan tower minimal 8 meter. Makin panjang makin baik, karena ikatannya makin kokoh, sehingga tali penguat tersebut tidak makin meruncing di tower bagian atas. Contoh : Lattice Tower, Mini Tower.
3. Pole
Tower berupa tiang pancang dengan satu kaki. Tower ini di bagi menjadi 2 macam, Pertama tower yang terbuat dari pipa atau plat baja tanpa spanner, diameter antara 40 cm s/d 50 cm, tinggi mencapai 42 meter, yang dikenal dengan nama monopole.
Tower Kedua lebih
cenderung untuk dipakai secara personal. Tinggi tower pipa ini sangat
disarankan tidak melebihi 20 meter (lebih dari itu akan melengkung).
Teknis penguatannya dengan spanner. Kekuatan pipa sangat bertumpu pada
spanner.
Sekalipun
masih mampu menerima sinyal koneksi, namun tower jenis ini tidak
direkomedasi untuk penerima sinyal informatika (internet dan intranet)
yang stabil, karena jenis ini mudah bergoyang dan akan mengganggu sistem
koneksi datanya, sehingga komputer akan mencari data secara terus
menerus (searching).
Tower
ini bisa dibangun pada areal yang dekat dengan pusat transmisi/ NOC =
Network Operation Systems (maksimal 2 km), dan tidak memiliki angin
kencang, serta benar-benar diproyeksikan dalam rangka emergency biaya.
Dari
berbagai fakta yang muncul di berbagai daerah, keberadaan Tower
memiliki resistensi/daya tolak dari masyarakat, yang disebabkan isu
kesehatan (radiasi, anemia dll), isu keselamatan hingga isu pemerataan
sosial. Hal ini semestinya perlu disosialisasikan ke masyarakat bahwa
kekhawatiran pertama (ancaman kesehatan) tidaklah terbukti. Radiasinya
jauh diambang batas toleransi yang ditetapkan WHO.
Contoh : Monopole Tower.
- Fisik kita harus sehat.
- Fisik dari tower tersebut apakah benar-benar kuat dan tidak ada yang rusak
- Keadaan tali atau spaner tower apakah sudah benar.
- Alat yang kita pakai dalam memanjat apakah layak kita pakai dalam naik tower.
- Kondisi cuaca.
- Arah angin.
- Pemasangan dari alat-alat.
Ketentuan dalam memasang tower :
- Jarak yang ideal antara titik pusat ke titik speaner minimal 1/3 dari tinggi tower.
- Jarak harus sama.
- 1/3 dari tinggi tower dihitung dari dasar yang paling bawah tower menyentuh tanah.
- 1/3 dari tinggi tower harus dicari dengan rumus phytagoras.
- Kedalaman vondasi tanah kira-kira 70-75 cm.
- Berikut contoh gambar 1/3 jarak dari tinggi tower.
Teknik Memanjat :
- Dalam memanjat Tower kita harus tenang ( tidak boleh tegang ) dan tidak takut dengan ketinggian ( Phobia ketinggian ).
- Badan harus menempel / menyatu dengan tower.
- Tangan harus berpegangan dengan kuat pada tiang pada tangga tower.
- Kaki kita saat memanjat harus benar.
- Saat berhenti kaki dan tangan harus dikancingkan pada tiang tower.
- Bila ingin mengaitkan karabiner pada tiang tower , salah satu tangan mengunci pada tiang tower, sedangkan tangan yang satunya untuk memegang / mengaitkan karabiner pada tiang tower begitu juga pada saat mau turun dan sebelumnya harus melepas kait karabiner.
Setelah itu langsung praktik
1. Pakai safety nya,
2. Kencangkan safety nya, lalu cek kembali jika ada yang kurang kencang.
3. Jika anda belum lihay memasang safety nya, coba anda meminta bantuan kepada pembimbing anda.
4. Cek kembali.5. Praktekan di tower yang lebih rendah dulu dan jangan lupa pasang pengamannya ke tower.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar